Terpisah dari Induknya, Yuni Bayi Gajah Mati Saat Peringatan Hari Gajah Sedunia Selasa, 12/08/2025 | 19:06
Yuni, bayi gajah yang mati di Riau
Berkabarbews com, Pekanbaru - Peringatan Hari Gajah Sedunia, Selasa (12/8/2025), ditandai dengan kata sah sedih Yin, seekor bayi gajah Sumatera yang mati di Pusat Latihan Gajah (PLG) Sebanga, Bengkalis, Riau. Kepergian gajah berusia 4 bulan ini meninggalkan kisah pilu tentang seorang anak yang terpisah dari ibunya .
Kisah sedih Yuni dimulai pada Minggu (10/3/2025), saat binatang dilindungi ini ditemukan sendirian di pemukiman warga di Desa Gunung Sari, Kecamatan Gunung Sahilan, Kabupaten Kampar, Riau. Penemuan ini segera menarik perhatian, dan warga berbondong-bondong datang melihatnya.
Rekaman video yang beredar di media sosial memperlihatkan Yuni yang mungil dikerumuni oleh orang-orang. Lokasinya di area perkebunan sawit.
Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau, Supartono, menjelaskan bahwa Yuni diduga terpisah dari induk atau kelompoknya. Petugas Wildlife Rescue Unit (WRU) segera mengevakuasi Yuni dan mencoba mempertemukannya kembali dengan induknya, namun upaya itu gagal.
Setelah evakuasi, Yuni ditempatkan sementara di PLG Minas. Di sana, tim medis berusaha memberinya susu formula. Namun, bayi gajah itu menolak.
"Selama tiga hari di PLG Minas, Yuni menolak menyusu susu formula. Tim medis lalu mencoba memperkenalkannya kepada induk gajah lain di lokasi tersebut, tetapi tetap ditolak," ungkap Supartono, Selasa (12/8/2025).
Yuni kemudian dipindahkan ke PLG Sebanga, Kabupaten Bengkalis. Keputusan ini diambil dengan harapan Yuni bisa mendapatkan anak asuh dari induk gajah yang baru melahirkan. Namun, lagi-lagi, nasib buruk menimpanya.
Untuk mengatasi penolakan dan memastikan Yuni mendapatkan perawatan terbaik, ia ditempatkan di kandang khusus. Yuni yang dikenal hiperaktif berada di bawah pengawasan ketat satu dokter hewan dan tiga mahout (pawang gajah). Mereka berupaya semaksimal mungkin memberikan kasih sayang dan perawatan yang dibutuhkan.
Namun, takdir berkata lain. Pada Jumat (8/4/2025), kondisi Yuni mulai menurun. Tim medis segera bergerak cepat, memberikan air gula dan elektrolit untuk memulihkan tenaganya. Kondisi Yuni sempat membaik, memberikan secercah harapan bagi para perawatnya.
Sayangnya, pada sore hari 10 April, kesehatan Yuni kembali memburuk secara drastis. "Meski telah diberikan infus dan perawatan intensif, Yuni menghembuskan napas terakhirnya pada 11 April 2025 sekitar pukul 05.00 WIB," jelas Supartono.
Untuk mengetahui penyebab pasti kematiannya, tim medis melakukan nekropsi. Hasil nekropsi awal menunjukkan adanya peradangan pada lambung dan usus. Sampel organ penting kemudian dikirim ke laboratorium untuk pemeriksaan lanjutan.
"Pemeriksaan histopatologi di Institut Pertanian Bogor mengungkap tiga penyebab utama kematian Yuni," papar Supartono.
Pertama, pneumonia dan perdarahan paru-paru yang memicu kegagalan pernapasan. Kedua, gastroenteritis yang menyebabkan dehidrasi, malnutrisi, ketidakseimbangan elektrolit, dan syok hipovolemik.
Lalu, yang paling krusial, stres berat akibat terpisah dari induk dan kelompoknya, yang melemahkan sistem imun dan membuatnya rentan terhadap infeksi.
Supartono menambahkan bahwa BBKSDA Riau akan terus berupaya memperkuat pencegahan kematian anak gajah Sumatera. Kepergian Yuni menjadi pengingat bagi semua pihak akan pentingnya perlindungan dan perawatan intensif terhadap gajah yang terlantar.**/yendri